Latar
belakang filosifis Wawasan Nusantara
Pembahasan dan Pembinaan Wawasan
Nasional Indonesia
1. Latar belakang pemikiran
berdasarkan falsafah Pancasila.
2. Latar belakang pemikiran aspek
kewilayahan dan nusantara.
3. Latar belakang aspeksosial budaya
bangsa Indonesia.
4. Latar belakang pemikiran aspek
kesejarahan bangsa Indonesia.
berdasarkan
Falsafah Pancasila
manusia
adalah mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai naluri, akhlak dan daya pikirnya,
sadar akan keberadaanya yang serba terhubung dengan sesamanya, dengan
lingkungannya, dengan alam semesta dan dengan penciptanya.
1. Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa
Dengan
sila ketuhanan yang Maha Esa bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing. Kehidupan sehari-hari dikembangkan sikap saling hormat
menghormati, memberi kesempatan kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan serta tidak
memaksakan suatu agama dan kepercayaannya dengan cara apapun kepada orang lain
yang sudah menganut agama yang resmi. Sikap tersebut mewarnai wawasan
kebangsaan -wawasan nasional yang dianut bangsa Indonesia yang menghendaki
keutuhan dan kebersamaan serta tetap menghormati dan memberikan kebebasan dalam
menganut dan mengamalkan agamanya masing-masing.
2. Sila
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Dengan sila kemanusiaan yang adil dan
beradab, bangsa Indonesia mengaku, menghargai dan memberikan hak dan kebebasan
yang sama kepada setiap warganya dalam menerapkan hak azasi manusia (HAM).
Namun demikian pembebasan HAM tersebut tidak menggangu dan harus menghormati
HAM orang lain. Sikap tersebut mewarnai wawasan kebangsaan/wawasan nasional yang
dianut dan dikembangkan bangsa Indonesia yang memberikan kebebasan dalam
mengespresikan HAMnya namun demikian harus mengingat pula dan menghormati hak
org lain sehingga menumbuhkan toleransi dan kerjasama agar tidak terjadi
benturan.
Dengan
sila Persatuan Indonesia, Kepentingan bangsa dan negara atau kepentingan
masyarakat yang lebih luas harus diutamakan/didahulukan daripada kepentingan
golongan, suku bangsa, maupun perorangan. Akan tetapi kepentingan yang lebih
besar tersebut tidak mematikan atau memadamkan kepentingan golongan,suku bangsa
maupun perorangan, sikap tersebut mewarnai wawasan kebangsaan/wawasan nasaional
yang dianut dan dikembangkan bangsa Indonesia.
4. Sila
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Dengan
sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
bangsa Indonesia mengaku bahwa dalam mengambil keputusan yang menyangkut
kepentingan bersama diusahakan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat yang
berarti tidak menutup kemungkinan melalui pemungutan suara voting dan tidak
dilakukanya pemaksaan pendapat dengan apapun. Sikap tersebut mewarnai wawasan
kebangsaan/ wawasan nasional yang dianut dan dikembangkan bangsa Indonesia
dimana diperlukan musyawarah untuk.
5. Sila
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dengan
sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bangsa Indonesia mengakui
dan menghargai warganya untuk dapat mencapai kesejahteraan/kemakmuran yang
setinggi-tingginya sesuai hasil karya dan usahanya masing-masing akan tetapi
usaha meningkatkan kesejahteraan/kemakmuran tersebut tidak merugikan orang
lain. Kemakmuran yang ingin dicapai bangsa Indonesia bukan kemakmuran yang
tingkatnya sama bagi setiap warganya. Sikap tersebut mewarnai wawasan
kebangsaan/wawasan nasional yang dianut dan dikembangkan bangsa Indonesia dimana
diberikan kebebasan untuk mencapai kesejahteraan orang perorangan akan tetapi
harus memperhatikan keadilan bagi daerah penghasil, daerah lain maupun orang
perorangan sehingga tercapai kemakmuran yang memenuhi persyaratan kebutuhan
minimal.
Tidak ada komentar:
Write komentar